Wednesday 10 July 2013

Seorang ulama Suriah



Seorang ulama Suriah serukan perlawanan di jantung markas Alawiyah

Kamis, 3 Ramadhan 1434 H / 11 Juli 2013 07:11
Seorang ulama Suriah serukan perlawanan di jantung markas Alawiyah
DAMASKUS (Arrahmah.com) – Seorang ulama Suriah berpengaru yang juga menjadi salah seorang komandan pejuang Suriah, mendesak seluruh pejuang Suriah untuk memfokuskan perang mereka di jantung markas Alawiyah untuk menciptakan “keseimbangan teror” dan membantu mengubah gelombang konflik, pada Rabu (10/7/2013).
Setelah merebut saluran besar di Suriah utara dan timur dan beberapa di pusat, Mujahidin Suriah melanjutkan perjuangan untuk melemahkan cengkeraman Assad atas kebanyakan kota besar dan kubu Alawiyahnya di sepanjang pantai Mediterania yang sejauh ini belum tersentuh oleh konflik.
“Kita harus berkonsentrasi pada benterng-benteng mereka dan tempat tinggal mereka dan infrastruktur mereka.  Jika Alawi terus hidup dalam damai dan rasa aman, mereka tidak akan berpengaruh dengan kebrutalan rezim.  Mereka tidak akan berpikir  untuk meninggalkan Assad,” ujar Syeikh Anas Ayrout seperti dilansir Al Arabiya.
Dia memimpin demonstrasi jalanan di kota pesisir Banias pada awal revolusi sebelum membentuk salah satu pasukan perlawanan paling berpengaruh dan berkuasa.
Pejuang Ayrout adalah bagian dari Tentara Pembebasan Suriah (FSA), sebuah kelompok payung yang terdiri dari beberapa formasi yang paling tangguh dengan ribuan pejuang.
“(Alawi) merasa santai sementara daerah yang telah keluar dari kendali rezim selalu di bawah penembakan (pasukan rezim), selalu kesakitan,” ujar Ayrout mengacu terutama daerah Sunni di utara, tengah dan timur Suriah.  “Jika Anda tidak menciptakan keseimbangan teror, pertempuran tidak akan habis.”
Selama perang di Suriah terjadi, laporan PBB mengatakan lebih dari 100.000 nyawa telah melayang.
Ayrout mengakui bahwa pejuang yang beroperasi di Jabal Al Akrad dan Jabal Al Turkman, dua daerah pegunungan yang menghadap pantai dan berada di bawah penembakan terus-menerus, telah mengusir Alawi dari sana.
“Kami harus mengusir mereka dari rumah mereka seperti mereka mengantarkan kami keluar.  Mereka harus merasakan sakit seperti kami merasakan sakit,” ujar Ayrout kepada Reuters melalui sambungan telepon.
“Kami tidak mendukung perang sektarian.  Tapi mereka yang membawanya sendiri,” lanjutnya.
“Mereka lebih memilih untuk berada di sisi Assad dan sejumlah besar di antara mereka kini bertanggung jawab atas kerusakan dan pembunuhan.  Mereka akan menghadapi pengadilan jika mereka ingin terus tinggal bersama kami.”
Alawiyah merupakan salah satu sekte Syiah, mereka kaum minoritas di Suriah namun mendominasi struktur kekuasaan Suriah.  Mereka mengontrol tentara dan aparat keamanan selama beberapa dekade.
Selama pemerintahan 1970-2000 di bawah Hafez al Assad, banyak Alawi yang pindah ke kota-kota dan menduduki pekerjaan penting dalam tubuh militer dan pemerintahan.
Alawi kini sebagian besar berada di pesisir, menguasai dua pelabuhan utama, Latakia dan Tartous yang berfungsi sebagai saluran pengiriman senjata dari Rusia ke pasukan Assad.  (haninmazaya/arrahmah.com)